Penyesalan pemilik Tottenham Hotspur, Daniel Levy, mungkin
terbit jika mendengar Michu mencetak gol lagi untuk Swansea City. Dia membuat
keputusan meleset saat Gerry Armstrong, mantan pemain Spurs yang ahli sepakbola
Spanyol, menghubunginya dalam bursa transfer musim panas 2011.
Armstrong member informasi mengenai Michu, pemain Celta
Vigo, yang berstatus bebas transfer. Namun, Levy tak pernah mendengar nama sang
pemain sebelumnya. Dia pun langsung menampik tawaran untuk memboyong pesebak
bola tersebut dengan tawaran cuma-cuma. Levy dan manajer Spurs kala itu, Harry
Redknapp, tak ingin terperangkap dalam situasi “memilih kucing dalam karung.”
Mengeluarkan uang, seminim apapun, harus dengan alasan yang
kuat. Terlebih para pemandu bakat Spurs tak pernah memberi tahu klub mengenai
keberadaan pemain bertalenta tinggi di Spanyol dengan nama lengkap Miguel Perez
Cuesta.
Levy, juga Redknapp, jelas berkesimpulan bahwa Michu adalah
pesepakbola berkemampuan semenjana. Pada akhirnya, Rayo Vallecano, yang baru
promosi ke La Liga, mendapat tanda tangan gelandang asal Oviedo ini.
Semusim di Vallecano, Michu menyumbangkan 15 gol. Jumlah
yang terbilang banyak bagi pemain yang sering beroperasi di lapangan tengah.
Ketika krisis keuangan menghantam La Liga, Vallecano ikut
merasakan getahnya. Mereka pun memilih memasukkan pemain ke daftar jual
termasuk Michu. Padahal kontraknya masih tersisa hingga Juni 2013.
Agen Michu segera bergerak. Dia menghubungi enam klub
Inggris, lima dari Premier League dan satu Championship Division (divisi 1
tingkat di bawah EPL). Lima klub itu adalah Aston Villa, Fulham, Stoke City,
West Brom, West Ham dan satu klub dari Championship adalah Leeds United.
Dengan alasan serupa Spurs, keenam klub tersebut langsung
menolak. Mereka tak pernah mendapat informasi dari pemantau bakat masing-masing
mengenai Michu.
Kisah selanjutnya pun sudah diketahui. Swansea yang dibesut
Laudrup tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka membeli Michu dengan harga
murah, sebesar 2.2 juta pounds. Pesebakbola berusia 26 tahun tersebut meneken
kontrak berdurasi 3 tahun.
Michu didatangkan untuk mengisi posisi Sigurddson yang
hengkang ke Spurs. Sigurddson biasa bermain sebagai gelandang kreatif yang
bekerja di belakang striker.
Setelah pertandingan perdana melawan QPR, Laudrup dengan
jeli melihat Michu justru lebih pas menjadi penyerang. Ketika itu, Swansea
menang 5-0 dan Michu menyumbang sepasang gol. Laudrup pun berkata kalau ini
merupakan kesepakatan yang bagus dengan Vallecano.
Keran gol Michu pun mengalir deras. Hingga matcday ke-21, sudah 16 gol dia cetak di
semua ajang (13 gol di EPL). Keberadaan tiga pemain Spanyol membantunya
beradaptasi. Angel Rangel, Chico Flores, dan Pablo Hernandez membuat Michu
langsung nyetel dengan atmosfir EPL.
Penampilan yang ditunjukkannya tidak seperti pemain debutan di EPL.
Salah satu keunggulan Michu adalah ahli dalam bola atas.
Tinggi badannya 1.85 meter membantu dia dalam memenangi duel bola udara. Dari
16 gol tadi, 5 di antaranya lahir dari kepala Michu.
Kontribusi Michu bagi Swansea layaknya Robin van Persie di
kubu Manchester United. RvP memang lebih baik secara keseluruhan. Namun,
ketajaman Michu berhasil membawa Swansea menembus 10 besar.
Dua klub besar yang pernah merasakan ketajaman Michu adalah
Man.United dan Arsenal. Anehnya, dua manajer klub tersebut tidak pernah
mendengar nama Michu sebelum melejit bersama The Swans.
“Saya betul-betul tidak pernah mendengar nama Michu sebelum
dia bergabung ke Swansea. Saya pikir seharusnya saya berbicara kepada
departemen pemantau bakat kami,” kata Sir Alex Ferguson.
Mungkin,
apa yang ada di benak manajer asal Skotlandia tersebut kira-kira sama dengan
yang ada dalam pikiran Levy. Ngapain aja
ya para pemandu bakat itu?
SUARA MERDEKA, 13 Januari 2013
SUARA MERDEKA, 13 Januari 2013
0 comments:
Posting Komentar