27 November 2013

Gegenpressing: Cara Borussia Dortmund menekan Bayern München

Saat Phillip Lahm mengangkat trofi di stadion Wembley, kamera secara singkat menyorot Robert Lewandowski. Dia terlihat berdiri sendirian di tengah lapangan, memperlihatkan ekspresi kekecewaan yang sangat. Hanya sebentar dia melihat perayaan Bayern lalu kemudian berpaling sambil menggelengkan kepalanya. Ada satu hal yang mungkin bisa disimplukan dari kejadian tersebut. Yaitu Robert Lewandowski begitu ingin meraih trofi bersama Borussia Dortmund musim lalu.

Liga Champions selalu menghadirkan klub underdog. Namun, tidak semua underdog tersebut sukses. Contoh nyata adalah musim 2003-04 di mana keempat semifinalis merupakan pembunuh klub raksasa. Bahkan headline beberapa surat kabar di luar negeri maupun lokal serempak membuat tagline semifinal musim itu adalah “The Giants Killer.” AS Monaco yang diprediksi kesulitan menghadapi Chelsea, justru melaju ke final berhadapan dengan FC Porto di Gelsenkirchen meski dihajar dengan skor telak 3-0. Villarreal CF adalah klub debutan Liga Champions musim 2005-06. Pencapaian mereka sangat luar biasa hingga menembus semifinal sebelum dihentikan Arsenal yang gagal menjadi juara. Musim lalu, Malaga CF adalah debutan sukses. Meski kalah di menit-menit akhir oleh Dortmund yang akhirnya menembus final.

Kita flashback ke musim 2010. Dortmund saat itu hanyalah klub yang berusaha kembali meraih kejayaannya. Merekrut pemain baru seperti Shinji Kagawa, Robert Lewandowski, dan mempromosikan pemain muda Mario Gӧtze.